Hari ini adalah hari pertamaku mamakai seragam putih biru. Seperti anak-anak yang lain, aku tak ingin kalah penampilan dari mereka. Aku sudah bangun sejak jam 05.00 pagi, satu jam aku bersiap-siap untuk berpenampilan yang rapi dan menarik. Tak ingin pula aku terlambat datang ke sekolah baruku “SMPN 9 Surabaya”. Aku benar-benar tertarik dengan sekolahku ini, halamannya luas dan fasilitasnya pun cukup lengkap.
Ku pijakkan pertama kali langkah kakiku memasuki kelas. Aku duduk di sebelah Ema, teman yang baru ku kenal. Aku menyorot seluruh pandanganku di setiap sisi kelas ini. Ups, pandanganku menajam ketika ku lihat sosok pria yang belum ku kenal masuk ke kelas. Dia terus berjalan dan akhirnya memilih tempat duduk di sisi depan pojok, aku tak bisa menghentikan pandanganku padanya.
Sebulan telah berlalu, aku telah mengenal seluruh siswa di kelas ini dan kehangatan kelas kami pun kini kian semakin terasa. Dan kini aku telah mengenal namanya, Muhammad Fajar Khoironi, di panggil Fajar. Entah aku tak mengerti ada sesuatu yang mengganjal di hatiku padanya sejak pertama kali aku memandangnya.
Hari demi hari ku lalui, tak sadar semakin dekat pula aku dengan Fajar. Dan aku tak bisa berbohong ini adalah pertama kali jatuh cinta pada seorang pria. Aku menceritakan perasaanku pada Ema, sahabat terbaikku.
“ Ema aku pengen cerita sama kamu “ kataku
“ Ya elah, lolo sayang. Kamu mau cerita apa sich? Tampangnya manyun banget “ sahut Ema dengan tawa.
“ Kayaknya aku suka dech sama salah satu teman sekelas. “
“ Hah? Serius lo? Jangan bilang kamu suka sama Fajar. “tampangnya mulai serius.
“ Hehehe emang sama Fajar “ jawabku sambil cekikikan.
“ Ah bercanda. “
“ Ema aku serius, aku tak pernah merasakan getaran di hatiku sebelum aku mengenal Fajar.”aku mulai serius.
“ Oke, aku ngerti. Kamu mau aku bantu untuk bilang ke Fajar? “
“ Are you sure? “
“ We let see “ ia tampak yakin.
Seminggu setelah aku curhat pada Ema, tak ku duga Fajar menyatakan cinta padaku. Aku tak menyangka kalau selama ini dia mempunyai rasa yang sama. Tak perlu berbasa-basi karena aku juga mencintainya, aku menerima untuk menjadi pacarnya.
Tak ku rasa sudah 2 tahun aku menjalin hubungan cinta dengannya. Rasa ini kian lama semakin dalam. Meski dalam merajut hubungan tak semulus yang aku pikir, namun kita menganggap itu adalah ujian.
Dua hari lagi aka ada pengumuman kelulusan, aku dan Fajar telah memutuskan untuk bersekolah di tempat yang sama karena raga kami tak bisa di pisahkan.
Betapa senangnya aku dan dia karena kita berdua sama-sama lulus dan mendapat nilai yang cukup. Akhirnya kita memutuskan untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas di “ SMAN 7 Surabaya”. Kita berbeda kelas tapi Fajar sering menghampiri aku ketika istirahat.
Aku tak pernah menyangka mendapat kejutan yang istimewa darinya ketika di hari Ulang Tahunku. Ketika pulang sekolah, ia memberikanku kue tart berbentuk hati dan kalung yang kembar dengannya. Hati wanita siapa yang tak luluh. Dia sosok pria yang sangat setia dan sangat menghargai wanita. Dia begitu berarti bagiku dan aku tak dapat membayangkan jika aku kehilangan dia.
Apa yang aku takutkan selama ini benar-benar terjadi. Ini benar-benar di luar dugaanku. Pagi itu seperti biasanya dia menjemputku untuk berangkat sekolah. Tapi ada yang aneh darinya.
“ Loli sayang, seandainya kita harus berpisah, kamu jangan sedih ya? “ kata fajar sambil memegang tanganku.
“ Ah kamu itu ngomong apa sih, aneh dech! “ jawabku dengan agak bĂȘte.
“ Gag gag, cuman seumpama aja! “ kali ini ia menatap lekat kedua mataku “ aku sayang sama kamu lol. ” Lanjutnya.
Pelajaran berlangsung seperti biasanya, tapi tidak dengan pikiranku. Entah mengapa, aku terngiang-ngiang perkataan Fajar tadi pagi, aku sempat berfikiran bahwa Fajar mempunyai cewek baru, tapi tak mungkin Fajar itu setia. Ackh, pikiranku semakin melayang tak berarah. Sampai akhirnya bunyi bel pulang sekolah menyadarkan lamunanku.
Seperti biasanya Fajar telah menungguku di depan kelas, kami pun bergandengan menuju koridor depan sekolah. Hari ini kakakku jadi Fajar tak mengantarkanku pulang ke rumah. Aku menunggu kakakku di depan pagar sekolah.
Suara Fajar mengagetkanku.
“ Sayang, kamu gak apa-apa tak tinggal sendiri? “ Tanya Fajar penuh perhatian sembari menaiki motor Vixionnya.
“ Aku gak apa-apa sayang. Kamu ati-ati ya kalau pulang.” Sahutku sambil mengelus pipinya.
“ Kamu tak perlu khawatir dengan keadaanku sayang, aku akan baik-baik saja.” Ia merekahkan senyumnya.
“ I Love You sayang, aku sayang kamu” sambunganya, sambil mencium tanganku, lalu menjalankan motornya.
Aku hanya tersenyum, dan aku benar-benar merasakan ada yang aneh dari Fajar, sejak awal kita pacaran, dia belum pernah sama sekali berbicara serius saat ini, tingkahnya pun juga juga semakin aneh. Entah pikiranku masih melayang selagi belum menemukan jawaban.
Sekitar jarak 30 meter dari sekolah, Fajar menghentikan motornya tepat di atas rel kereta api. Lalu, ia menoleh ke arahku dan melambaikan tangan. Aku pun tersenyum dan membalas lambaiannya. Beberapa detik kemudian, tanpa aku dan dia sadari pula, ada kereta api yang melaju begitu kencang dari arah barat, hingga akhirnya Fajar tertabrak kereta dan jasad tubuhnya hancur.
Aku langsung berlari dan berteriak histeris. Kini aku telah menemukan jawaban atas tingkah laku aneh dia selama ini. Sungguh berat aku jalani hidup tanpanya, bagiku tidak ada Fajar yang lain selain Alm. Muhammad Fajar Khoironi. Tidak akan ada yang bisa menggantikan, dan kini cinta itu telah berakhir di rel kereta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis komentar yach .......